sumber |
Mungkin kalian akan bertanya? Koq bisa? Kalo dilihat secara kasat mata, mungkin saya adalah orang yang supel dan mudah bergaul. Tapi pada kenyataanya, saya tak pernah bisa punya sahabat yang bisa saya ajak untuk berbagi.
Apa ada yang salah dalam diri saya? Bisa jadi.
Itu jawaban yang akan saya berikan ke kalian. Jujur, pada dasarnya saya memang tak menginginkan terlalu dekat dengan siapapun. Karena saya memang tak pernah bisa berbagi dengan mereka. Pada akhirnya saya hanya akan punya teman, tapi tidak sahabat.
Banyak alasan mengapa saya tak pernah menginginkan seseorang yang dekat dengan saya. Beberapa poin dibawah ini mewakili alasan saya :
1.#Sulitnya Percaya Dengan Orang Lain
Ketika memiliki seseorang yang dekat dengan kita, dalam hal ini teman yang kita inginkan untuk jadi sahabat, dimana kita bisa berbagi suka maupun duka. Tapi pada kenyataanya kebanyakan dari mereka tak pernah bisa dipercaya.
Banyak contok nyata disekiling, yang selalu menjadi bukti bahwa tak ada yang bisa dipercaya. Sebagai contoh. Beberapa teman memiliki, katanya sahabat, yang dia bisa bercerita apapun, kemana-mana selalu bersama. Mereka bisa berbagi makanan, bisa berbagi tempat tidur, bisa berbagi uang dan lain sebagainya.
Tapi jarang dari mereka yang bisa menutupi hal-hal buruk masing-masing dari mereka, mereka bisa bercerita dengan saya keburukan temannya tersebut. Begitu juga sebaliknya. Saling menjelekkan gitu.
Saya selalu berfikir, jangan-jangan kalo saya bercerita dengan seseorang yang saya anggap bisa berbagi. Menceritakan hal-hal yang saya anggap rahasia. Bisa saja dia seperti mereka berdua. Saling menceritak kejelekan masing-masing teman ke orang lain.
Untuk menjaga hal-hal yang tidak saya inginkan tersebut, biasanya saya memilih tak akan pernah menceritakan apapun hal-hal yang bisa menjadi bahan untuk diceritakan. Amaan. Bagi saya menjaga itu lebih baik.
2.#Datang Hanya Ketika Mereka Butuh
Kalian mungkin setuju dengan pepatah yang mengatakan bahwa “Teman yang bisa diajak tertawa itu banyak. Tapi teman yang bisa diajak menangis itu yang susah”.
Untuk point no 1 saya mungkin belum pernah mengalaminya secara langsung. Tapi untuk poin 2 ini, sangat sering kali terjadi ke saya. Seperti yang saya katakan dipoin pertama, bahwa saya gak memiliki teman banyak, tapi ada beberapa orang yang selalu menjadi teman saya untuk jalan bareng dan happy bareng.
Pun saya berharap, saya bisa membantu sesorang terutama beberapa teman saya tadi, ketika mereka memerlukan saya. Mungkin saya tak bisa membantu banyak, tapi paling tidak saya bisa meringankan sedikit beban mereka ketika mereka punya masalah.
Tapi sayang, mereka-mereka yang saya harapkan saya bisa bersama, meskipun gak bisa berbagi banyak. Sering kali tak ada dan menghilang tanpa jejak dan mereka datang ketika hanya membutuhkan sesuatu dari saya. Butuh uang, butuh bantuan, butuh kerjaan dan lain sebagainya.
Ketika saya menolak, apa saya salah? Mungkin saja sebagian akan bilang saya salah. Tapi sumpah, ketika sayapun terpaksa harus membantu dan memberikan apa yang mereka perlukan. Aka ada beban dan ketidaknyamanan juga keterpaksaan dalam hati saya.
3.#Cara Bergaul Yang Kebablasan
Cara bergaul? Ya… bekerja dilingkungan seperti saat ini. Dimana saya harus banyak dan bisa bergaul dengan berbagai macam jenis orang. Dari berbagai macam cara dan gaya hidup yang mereka punya. Bukan masalah bagi saya, karena ini bagian ke profesionalan dalam bekerja. Selama itu dalam masalah pekerjaan dan tidak bertentangan dan tidak melanggar aturan agama saya. Fine bagi saya.
Contohnya, gaya hidup bebas untuk orang luar negeri sana itu adalah hal biasa, mabuk-mabukan, free sex, judi dan lain sebagainya. Saya akan tutup mata. Itu mereka, dan saya bukan bagian dari mereka. Hubungan saya dengan mereka hanya sebatas pekerjaan.
Tapi, ketika mereka yang saya anggap teman, apalagi ketika mereka satu keyakinan dengan saya, dan mereka melanggar aturan tuhan dengan perasaan tanpa dosa, dimana saya juga menyaksikannya didepan mata saya.
Apa kalian pikir saya akan diam saja? Saya mungkin tak akan langsung frontal menolak dan menyatakan tidak suka dari mulut saya. Atau ngamuk gak jelas. Tapi menjaga jarak akan menjadi pilihan saya untuk menjauh dari mereka.
Mereka akan tetap menjadi teman saya. Tapi hanya sebatas “Hai”. Kenapa? Karena saya takut saya akan jadi bagian dari mereka yang percaya akan agama, percaya akan Tuhan. Tapi tak pernah mau mengikuti aturan Tuhan.
Saya tak sempurna, banyak hal-hal buruk dalam diri saya yang cuma saya dan Tuhan saja yang tau. Saya tak sempurna, tapi saya belajar untuk menjadi ke arah yang sempurna. Saya bukan sok taat, tapi saya sedang belajar untuk menjadi orang yang taat dan menjauh dari hal-hal yang Tuhan benci. InsyaAllah.
4.#Selalu Menyalahkan dan Merasa Paling Benar
Poin 3, belajar untuk taat. Belajar dan berusaha untuk mengikuti aturan-aturan Tuhan. Itu artinya kita harus banyak belajar dari mereka-mereka yang lebih paham dan mengerti. Salah satu wadahnya adalah dengan mengikuti pengajian, majelis agama berteman dengan mereka-mereka yang lebih paham.
Disini, selalu dan sering sekali saya, mungkin juga kalian pernah mengalami. Mereka-mereka yang kita anggap lebih tau, lebih paham dari kita. Mudah dan gampang sekali menyalahkan dan menghakimi seseorang. Merasa diri paling benar, tak bisa menerima pendapat orang lain. Menganggap apa yang dia pelajari itulah yang paling benar.
Saya juga menjadi korban dari tipe-tipe orang seperti ini. Mereka tak bisa bijaksana ketika memberikan nasihat kepada kita, yang mereka tau. Itu salah!. Itu saja. Ada pemahaman lain yang berbeda dengan mereka? Siap-siap saja kita jadi seolah berbeda dari mereka.
Alangkah baiknya ketika menemukan pemahaman yang berbeda, kita bisa berbagi, sharing kalo memang diperlukan, agar kita bisa saling memahami, jadi masing-masing kita bisa saling tau mengapa kita bisa memahami sesuatu itu secara berbeda.
Saya ingat banget dulu seseorang yang menyalahkan dan seolah menghakimi saya. Ketika dia berbeda pendapat dengan saya. Padahal kalo dia bijaksana dan bisa belajar lagi. Dia akan tau mengapa saya berbeda dengan mereka?
Yang dia salahkan adalah masalah Khilafiah, harusnya dia paham. Bahwa saya punya patokan, punya dalil untuk memahami sesuatu yang berbeda tersebut. Saya sedikitpun tidak menyalakan apa yang dia pahami, karena saya juga tau patokan atau dalil yang dia jadikan rujukannya.
Sayang, kami tak berpikir sama. Hasilnya? Dia seolah menghindar dari saya, karena saya dianggap melenceng dari apa yang sebenarnya. Itu yang ada dalam pikiran mereka.
Capek ya, kalo menemukan banyak tipe orang-orang yang seperti ini?
Hmmm… Semoga kita lebih pintar ketika mempelajari sesuatu. Jangan asal telan mentah-mentah setiap hal yang didengar.
*****
Artikel ini saya tulis ketika poin ke #2 saya alami. Dimana seseorang yang saya anggap teman. Beberapa tahun yang lalu, sekitar 4 tahun. Menghilang tanpa jejak. Saya sempat kebingungan dan khawatir pada saat itu.
Saya sempat komunikasi dengan suaminya. Tau apa kata suaminya? Mereka lagi pengen menjauh, dan saya seolah dihalangi untuk bertemu dengan istrinya. Saya minta no telp istrinya agar saya bisa menghubunginya. Tapi tak berhasil. Saya juga heran mengapa teman saya bersikap seperti itu. Tapi mungkin saja ada hal yang dia gak suka dari saya.
Beberapa hari yang lalu ketika saya sedang berada dikampung halaman, tiba-tiba teman saya tersebut menghubungi saya. Kalian tau apa yang hal dia lakukan pertama? Dit, aku boleh minta tolong? Pinjam duit”.
Maksud lo? Emang gue bank apa? #DalamHatiSech
Awalnya sech gak saya kasih, tapi setelah dia bilang buat beli susu anak, saya jadi sedih dengernya.
***
Terima kasih
7 Komentar untuk "Teman, Koq Kamu Gitu?"
emang terkadang seperti itu mbak, saya sudah mengalami no 1, 2 dan 4. tapi kalau menurut saya kadang itu yang bikin hidup ini enak, saling membutuhkan walaupun kita terus yang menjadi sasaran terus hahaha,,,,,,,
Memang kalo teman itu kebanyakan seperti itu, susah sekali cari teman yang sesuai kriteria kita. Makanya kalo teman curhat terbaik menurut saya itu ya Tuhan yang Maha Mendengar, itulah sahabat yang hakiki dan tanpa pamrih. Mau mendengar apa saja keluhan kita.
Saya juga nggak pernah percaya dengan siapapun!! Makanya saya nggak pernah curhat sama teman, nggak suka aja gitu, mungkin karena cowok kali ya. Ya meskipun sesama cowok juga, saya nggak pernah curhat loh. Biar jadi urusan saya sama Tuhan...
Sadap sekali artikelnya....
Aku sama seperti kamu, memang sih memiliki teman itu menyenangkan apalagi banyak temen lebih dari 2 orang. Bisa berbagi kebahagiaan ataupun bercanda bareng bercerita bareng. Bukan maksud hati menjelkkan teman tapi aku merasakan kalau posisi aku sedang kesusahan sulit sekali ada teman yang benar-benar peduli dengan keadaan yang aku alami. Mereka hanya kepo bukan untuk peduli kalau seandainya lagi bersedih :(
Bener juga, meskipun begitu. Tetap ada namanya saat kita membutuhkan orang lain
Betul, tempat curhat yang terbaik
Seperti kata pepatah "Mengajak teman untuk tertawa itu gampang, tapi yang bisa diajak menangis itu yang gak gampang".
ada kata2 yang dengar dari anime sangat bagus seklai,,,, jangan mencari sahabat yang terbaik tapi jadilah sahabat yang terbaik....... ya walau tak semudah mulut berbicara, tapi bisa dicoba