Selamat Jalan Ayah

Selepas sahur, sambil menunggu Shalat shubuh. Mencoba untuk memejamkan mata sebentar saja, pikirku.

Tak bisa!

Pikiranku sedang dipenuhi perasaan sedih. Pun air mata tak bisa diajak kompromi. Ia selalu saja mengalir tanpa aku inginkan ketika terbersit ingatan tentang satu sosok yang baru saja pergi untuk selamanya.

Ayah dari calon suamiku. Tepat tanggal 29 May 2017, telah pergi untuk selamanya meninggalkan orang-orang dicintainya yang juga mencintainya.

Aku yang sedari dulu sangat dan selalu mencintai sosok yang disebut Ayah. Pun merasa sangat kehilangan. Beliau memang belum menjadi Ayah buatku. Tapi ada rasa kehilangan yang sangat dalam di jauh lubuk hatiku.

Kalau saja tidak malu dan tidak sekuat tenaga menahan air mata yang selalu saja ingin keluar ini. Mungkin aku akan menangis sesuggukan untuk melepaskan sesak yang terasa menghimpit dada ini.

Dit.. Please jangan menangis! Kau doakan saja. Berulang-ulang pikiran itu aku ucapkan dalam hati. Tangisanmu tak ada gunanya, doa yang dia butuhkan. Pikirku lagi.

Sedari dulu Ayah adalah sosok yang sangat aku cinta, selalu menjadi sosok yang paling penting dalam hidupku. Jadi mungkin karena itulah aku sangat sulit menahan rasa sesak yang seolah menghimpit dadaku lagi shubuh ini.

Kalau harus bercerita panjang, sangat banyak hal yang membuat aku sedih. Selain beliau adalah salah satu sosok Ayah yang sangat aku cintai. Yaitu rencana pernikahanku dengan anaknya yang hanya menghitung hari saja menuju hari H.

Tanggal 16 June 2017, aku berharap itu akan menjadi hari istimewa buat dua keluarga kami.

Aaah, ternyata takdir berkata lain. Kami menyayanginya, tapi ternyata Allah lebih menyayanginya. Allah mengambilnya dibulan ini, bulan terbaik diantara semua bulan. Bulan suci Ramadhan.

Kalau boleh jujur, aku sangat merasa kehilangan. Aku selalu berpikir. Kalau aku menikah nanti, aku akan punya dua  sosok Ayah. Ayahku dan Ayah calon suamiku.

Ayah, aku memang belum mengenalmu dengan baik. Kita hanya bertemu dua kali. Pertemuan pertama saat acara pertunangan ku dengan anakmu. Dan pertemuan kedua saat mengantar uang panai kerumah.

Tapi sejak aku memutuskan aku akan menikah dengan anakmu, kau sudah tertinggal dalam hatiku. Kita memang hanya bertemu dua kali dan pertemuan terakhir kali ketika kau datang kerumah, aku sempat mencium tanganmu untuk pertama kalinya. Siapa sangka ternyata itu untuk yang terakhir kalinya. Sedih.

Ayah, semoga kau tenang di sana. Doa kami anak-anak mu semua akan selalu menyertaimu. Semoga kau mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah. Aamiin ya Rabb

Sei. Telang. May 30th, 2017. (04:55)

Tag : CERITAKU
1 Komentar untuk "Selamat Jalan Ayah "

Turut berduka cita untuk calon mertua Dita. Namanya umur tidak bisa ditebak ya mba. Berarti dikit lagi Dita melangsungkan pernikahan ya?? Congratulations ya. Semoga tercipta rumah tangga yang harmonis, sakinah, mawaddah dan warohmah....

Back To Top