Datye.Com
– Media belakangan ini dimana-mana banyak yang membahas tentang pelaku begal
yang terjadi beberapa waktu lalu, dimana pelaku begal tersebut dipukul massa
kemudian dibakar hidup-hidup. Alasannya karena pelaku begal tersebut sudah
menelan banyak korban dari yang terluka, kehilangan harta benda bahkan banyak
korban yang kehilangan nyawa.
Pelaku
begal itu apa sech? Pelaku bekal itu sama dengan perampok dimana ketika mereka
bereaksi tak segan-segan melukai korban bahkan sampai membunuh targetnya. Sadiis
banget….
Berbagai
macam reaksi yang muncul dari para netizen dan public pada umumnya, ada yang
menyayangkan tindakan main hakim sendiri tersebut , tapi tak sedikit juga yang
justru melegalkan dan membenarkan tindakan massa tersebut yang membakar pelaku
begal.
Saya
berada diposisi mana? Saya juga bingung… dan tidak tau saya berpihak kemana,
karena jujur satu sisi ketika mengikut nafsu dan marah saya ketika melihat
nasib yang menimpa korban, apalagi saya juga pernah jadi korban kejahatan dijalan.
Saya membenarkan tindakan massa tersebut.
Tapi satu sisi pikiran jernih saya tidak membenarkan.
Alasannya kita berada dinegara hukum, yang berhak menghukum mereka bukan kita,
bukan massa, tapi yang berhak menghukum mereka itu adalah penguasa, disini
selaku penguasa adalah aparat penegak hukum.
Saya
lebih setuju dengan pendapat seorang teman difacebook kemaren, ketika ditanya
oleh temannya begini “Bagaimana jika keluarga kamu menjadi korban pembunuhan
pelaku begal tersebut?” Apa yang kamu
lakukan ketika hal itu benar-benar menimpamu?”
Well.. Kita manusia dilahirkan dengan hawa nafsu,
ketika tidak kita redam maka semua akan kebablasan dan yang dirugikan kita
sendiri juga. Kita bisa bayangkan bagaimana perasaan keluarga yang menjadi
korban pembunuhan begal. Jika kita mengikut nafsu.. rasanya kita juga ingin membalas
dengan membunuh pelaku begal tersebut.
Alasannya,
Biar impas! Oke,…. Mungkin impas dan rasanya puas. “Tapi itukan sama saja
dengan hukum rimba?” dan benarkah kita
akan puas setelah membunuh pelaku begal tersebut?” saya jamin tidak.
Kita
punya moral, batasan dan norma hukum yang jelas, Jadi cobalah untuk lebih
ikhlas, insyaAllah akan lebih menenangkan dan Allah lebih tau apa yang terbaik
buat kita.
“Apa
jadinya ketika hukum rimba berlaku dan semuanya dilakukan sekehendak hati?”
Hancuuur….
Ada
beberapa pembaca dan netizen menyamakan antara syariat Islam Qishas dengan
perilaku main hakim sendiri yang terjadi beberapa waktu lalu. Itu sangat jelas
berbeda jauh sekali. Yang berhak melaksanakan hukum tersebut adalah pihak
penguasa dan dalam hal ini adalah aparat penegak hukum. Bukan kita..!
Satu
hal lagi dan hukum tersebutpun hanya berlaku jika diterapkan oleh pemerintahan
yang menegakkan hukum Islam. Jadi hukum tersebut tidak diterapkan oleh
individual tertentu. Jadi jelas,.. tidak boleh ada namanya main hakim sendiri!!
Tapi
ya,… beginilah kondisi masyarakat kita sekarang, apalagi ketika kepercayaan
kepada aparat kepolisian semakin hari semakin hilang dan terjun bebas, alhasil tindakan
main hakim sendiri selalu menjadi pilihan mereka. Apalagi hampir setiap haripun
kita selalu disuguhi konten-konten provokatif. Kita jadi panasan, reaktif dan
semua berita dimedia asal telan.
“Jadi
beruntunglah kita yang masih berpikiran waras kata temen saya,..” Semoga ya,…
Terima
kasih dan semoga kita juga bisa lebih hati-hati dan waspada dari segala macam
tindak kejahatan.
Tag :
OPINI
8 Komentar untuk "Pelaku Begal, Haruskah Kita Bunuh Mereka?"
Hukum yang paling adil adalah hukum islam. Jadi menurut saya klo mereka membunuh ya dibunuh. Klo mencuri ya dipotong tangannya. Bgitu juga selanjutnya.
Sebenarnya massa tidak main hakim sendiri, mereka berramai-ramai kok mba, hehehe...
Memang betul kita adalah negara hukum. Dan efek yang ditimbulkan adalah dendam para pelaku begal, sampai kapanpun mereka akan terus dendam dan terjadilah hukum rimba. Kalau pendapat saya sebaiknya diadakan Petrus kembali seperti di era Orba. Itu adalah efek jera yang paling mujarab. Main culik penjahat, tau-tau tinggal mayatnya aja yang ditemuin.
Tapi yang berhak melakukan aturan itu penguasa dalam hal ini aparat, bukan kita atau massa dan juga hanya berlaku di negara yang menerapkan syariat Islam.
Terima kasih sudah berkunjung
Hehe,... Bener juga ya? Berarti lebih tepatnya main hakim beramai-ramai kali ya,..? :D
Kalo untuk itu no comment saya mas :D
betul seperti yang mbak dina sampaikan. yang berhak ya aparat kalaupun harus dibunuh. syariat islampun mengajarkan demikian. kalau fenomena main hakin sendiri ya itu jelas tidak benar, diperlukan sosialisasi. sosialisasi yang benar "sosialisasikan, sebelum itu sejahterain dulu masyarakatnya, yakin setelah itu masyarakatpun akan nrimo"
Kalau dilihat, jahat betul si pembegal ini. Persoalannya sapa yang dulu bertindak. Kalau saya begal ini perlu dilawan. Dia datang dengan senjata. Maknanya dia bersedia untuk membunuh. Kalau begitu, kita perlu lebih bersedia dan berani. Kaau ada kesempatan, bunuh saja bega itu. Tak payah tunggu engadilan. Bang masa. Atau tembak saja mereka sehingga tiada pembegal beroperasi di sana-sini.
Hee geramnya dengan pembegal. Mereka jahat sangat.
Di Malaysia, pembegal ini dipanggil peragut. Biasanya peragut tidak membawa senjata. Peragut tidak seganas pembegal. Kita perlu kaji mengapa mereka menjadi peragut dan pembegal. Puncanya ialah kemiskinan. Di Brazil pun berlaku keadaan seperti ini.