(Sumber Pic : Gue screen shoot dari drama korea yang judulnya Something About 1%) |
Dan saat ini hanya menuju satu arah, ya aku harus ke kamar kecil supaya tidak ada yang melihatku dalam kondisi begini. Menangis, aku ingin menangis sepuasnya. Agar perasaan sesak yang sedari pagi tadi aku tahan bisa keluar.
Aku tidak menyadari sepasang langkah juga sedang mengikutiku dari belakang, setibanya di tingkungan menuju kamar kecil dan pintu keluar darurat. Sesorang menarik tanganku dan menyeretku kearah pintu darurat. Pintu darurat tertutup, dan dia mendorongku ke dinding dan berusaha memelukku.
Aku kaget dan masih belum melihat dengan jelas, karena sedang menangis tadi. Setelah jelas aku barus sadar. Sangat terkejut. Kau…!”
“Gery….!” Seruku tertahan.
Sebelum dia benar-benar memelukku, aku mendorongnya sekuat tenaga. Tapi sepertinya tenaganya lebih kuat dariku. Aku tidak berhasil mendorongnya dan dia berhasil memelukku dengan kuat. Aku terdiam kaku dengan tangan terjuntai kebawah. Tak berusaha untuk membalas memeluknya.
Lama, aku diam dan Gery masih dalam posisi memelukku, aku berusaha melepaskan pelukan Gery untuk kesekian kalinya. Tapi dia malah semakin kuat memelukku sampai aku mulai sulit untuk bernafas.
“Aku tak bisa bernafas, Ger.. “ Ucapku setengah terbata karena kesulitan bernafas.
Gery mengendurkan pelukannya, tapi masih belum mau melepaskankan pelukannya sama sekali. Perlahan tapi pasti air matakupun menyeruak keluar dan aku menangis terisak dalam pelukan Gery. Pertahananku ambruk, aku merindukan sosok ini. Ini kali pertama dia memelukku. Sosok empat tahun yang lalu yang selalu memenuhi hari-hariku. Sekaligus sahabat baikku. Aku tak pernah tau mengapa aku mengabaikannya saat dia pergi dulu. Mungkin bukan karena aku takut di tinggal sendiri, tapi justru aku takut karena aku sebenarnya mencintai Gery.
Saat ini aku masih berpikir bahwa Gery hanya merindukan aku sebagai sahabat baiknya. Sampai akhirnya aku mendengar ucapannya.
“Kamu ingat saat aku bilang aku ingin mengatakan sesuatu sebelum aku berangkat, Soka?”
Gery melepas pelukannya. Dia memegang bahuku, aku menunduk, dia berusaha melihat ke wajahku yang berusaha untuk tidak terlihat menangis. Aku melihat ke bawah. Menatap lantai gedung.
“Aku mau bilang, please tunggu aku pulang, Sok…”
“Aku menyayangimu..”
“Aku sadar sebenarnya aku sangat takut ketika meninggalkanmu hari itu. Setelah sekian lama di Spain, aku semakin yakin bahwa aku menyayangimu lebih dari seorang sahabat baik.”
“Aku tak tau bagaimana perasaanmu? Kamu tertutup soal itu, Sok..?” Suaranya lirih menahan tangis.
“Aku marah ketika kamu mengabaikanku, tapi aku lebih merasakan sakit ketika kamu sama sekali tak pernah menghubungiku dan kamu bahkan tak bisa dihubungi. Aku khwatir, sok! Selama setahun ini aku sudah mencari kamu ke mana-mana. Tapi siapa sangka kamu justru berada sangat dekat denganku.”
Dengan suara serak aku berusaha berbicara, menyela ucapannya.
“Gery?” Selaku
“Aku tak seharusnya melepaskanmu empat tahun yang lalu..!” Ucapku kembali terisak. Sejenak hening tak ada yang berbicara.
Gery menjentik kepalaku dengan jarinya dan kembali memelukku dan aku tak berusaha untuk melepaskannya lagi. “Aah, Benar… dia Gery yang aku kenal.”
***
Setelah hari itu, pertanyaan di kepala mereka yang penasaran dengan apa yang terjadi dengan kami berdua terjawab sudah. Lima bulan setelah pertemuan itu aku dan Gery memutuskan untuk menikah. Meskipun awal mulanya sempat di tentang oleh orang tuanya. Tapi lama kelamaan mereka luluh. Mereka tau bahwa aku adalah sosok yang berharga buat Gery.
Aku mungkin mengenal Gery, tapi aku tak pernah tau bahwa perusahaan tempat aku bekerja adalah perusahaan milik ayahnya Gery. Setelah menyelesaikan pendidikan di Spain. Gery kembali untuk melanjutkan perusahaan ayahnya yang sudah mulai semakin tua. Saat bersahabat dengan Gery aku hanya tau Gery anak seorang pengusaha kaya tidak lebih.
Setelah pernikahan, kami memutuskan pergi berbulan madu ke Spain. Tempat dimana sebelumnya dia pernah mengajakku dan aku menolaknya saat itu. Menyenangkan dan aku tak pernah menyangka seseorang yang aku anggap sudah membuangku justru menjadi sosok yang sangat berharga dan berarti dalam hidupku hari ini dan kedepannya.
“Soka…!”
Seru Gery setibanya di Spain, tepatnya di penginapan yang sudah kami pesan sebelumnya.
“Ya… “
Jawabku singkat dengan posisi masih mengendong Ra. Anakku tersayang. Satu sosok lagi yang sangat berharga di hidupku saat ini.
“Aku tak pernah berpikir dan menyangka, bulan madu kita bakalan bawa Baby.”
“Bukan harusnya pulang bulan madu baru bisa bawa calon Baby?” Lanjuutnya bergumam dan berguling di tempat tidur.”
“Kenapa?” Tanyaku.
Gery sudah tau siapa Ra, aku menceritakan semuanya. Aku tau apa yang sedang dalam pikiran Gery saat ini. “Ra itu sama dengan Soka” Sama-sama terbuang, sendiri dan tak punya siapa-siapa selain dia. Dan bagiku Gery adalah pemberian Tuhan yang paling berharga selain Ra dan aku tak akan melepaskannya seperti dulu lagi.
“Nggak…. “ Jawabnya.
Lalu tertawa, turun dari tempat tidur lalu memelukku dan Ra sekaligus.
“Aku bahagia, Soka.” Jawabnya lirih tapi aku mendengarnya dengan sangat jelas.
Aku tersenyum bahagia ke arah Ra yang mulai tertidur dengan nyenyak. “Ra saat ini kamu punya orang tua yang lengkap, yaitu aku dan Gery. Kami akan menyayangimu dengan tulus dan aku tak akan membiarkan nasibmu sama denganku.
Hari ini cuaca di Spain sangat cerah dan angin bertiup. Semoga hari ini menjadi awal bahagia buat kami bertiga. Aku akan menciptakan sebuah keluarga bahagia yang dulunya tak pernah aku inginkan sama sekali. “Aku, Gery dan Ra.” Kita akan berjalan bersama. Ucapku dalam hati.
The End
Tag :
CERBUNG
0 Komentar untuk "Seharusnya Aku Tak Melepasmu (The End)"