Sosok Itu Ada, It's In Ra Dream (Part 3)

Sosok Itu Ada, It's In Ra Dream (Part 3)

Seindah apapun mimpi itu.”


Sadarlah, bahwa itu hanya sebuah mimpi..!”
***
 
“Jadi, ya itu. Entah kenapa Betra selalu muncul di mimpiku, dan sejak hari itu. Semakin ku berpikir, semakin nggak ada jawabannya.”

“Setiap kali aku tertidur, selalu saja Betra ada di sana. Siapa dia sebenarnya?”

“Apa? Jadi mimpi yang berlanjut begitu. Benar-benar ada? Seru Naila setengah tak percaya.

“Itu nggak sehat, Ra?”

“Kamu benar nggak tau mengapa dia muncul terus dalam mimpimu, Ra?”

Ra menggelengkan kepala.

“Nah, kalau kamu nggak tau. Nggak usah pusing begini kali, Ra..!”

“Aku bingung, Naila. Tapi aku selalu ingat Betra.”

“Telpon Rumah Sakit Jiwa..! Kata Naila sambil menutup mulutnya.” Isengnya mulai muncul lagi.

“Aku belum gila, Naiiil…! Ra melemparkan bantal ke Naila.

“Uuuh… Capek batin. Tidur aah.” Ra masuk kekamar. Naila mengekor di belakangnya.

“Ra, kamu harus mencari seseorang. Biar kamu bisa melupakan Betra? Kalau tidak, kamu tidak akan bisa melupakan dia.”

Ra tidak menjawab.

“Benar, aku tak bisa bertemu dia kalau aku tidak tidur. Senang sih.” Tapi, pelan-pelan perasaan ini mulai menyiksaku. Sekarang kepalaku penuh dengannya. Aku nggak punya kehidupan lain.” Ujar Ra lagi.

“Lama-lama aku bisa gila. Nail.” Suara Ra pelan.

Di dalam hati Naila. Ra, dia tidak boleh terus-terusan begini!” Kalau Noel. Dia pasti dan ada. Lebih baik kalau Ra dengan Noel.”

“Ra, kamu boleh ambil Noel deh.” Kata Naila sambil tersenyum setelah sampai dikamar.

“Haaa?”

“Yang benar kamu Nail?” Tanya Ra tak percaya. Ra tau di dalam hati Naila yang paling dalam Naila sangat menyukai Noel.

Naila mengangguk cepat. Ra menggeleng tak percaya.

“Ooh… Tidak Nail..”

“Untuk saat ini aku akan mencari pengganti yang lain saja. Yang pasti bukan Noel. Karena Noel itu jatah buat kamu.” Ra tertawa terkekeh.

Naila melemparnya dengan bantal.
***

Berawal dari mimpi, akhirnya menjadi angan-angan yang tak berarti.

“Hey, Raya.”

“Kamu masih sedih? Sini, aku lagi menata bunga baru nih. Kamu jangan sedih lagi dong?”

“Bunga ini aku beli khusus buat kamu lho. Buat bikin kamu semangat lagi.” Betra menoleh ke Ra yang dari tadi tidak menanggapi apa yang dia bicarakan.

“Sudah, kamu tidak usah pikirkan apapun masalah kamu sekarang? Lagian kamu bisa melakukan hal lain yang bisa membuat kamu bahagia koq?”

“Contohnya? Tanya Ra.

“Menata bunga denganku di sini. Aku jamin kamu bisa melupakan semua hal yang ada di kehidupan nyata kamu.” Jelas Betra sambil menatap Raya penuh arti.

Ra tersenyum pahit.

“Entahlah. Bet.”

“Tapi bye the way kalo masalah kamu adalah sulit untuk mencari pasangan, lha kan di mana-mana juga ada cowokkan? Di kampus misalnya.”

“Sudah hampir semua. Bet”

“Heh? Betra tak percaya.

“Senior?”

“Sudah, Gak ada yang menarik”

“Jenior?”

“Nggak berminat.”

“Tetangga?”

“Duda anak 4..”

“Hmm. Ini sih susah.” Jawab Betra serius.

Ini orang masa sama sekali tidak ngerti sih, bahwa aku sulit cari seseorang karena aku selalu terbayang dia terus…! Tapi diakan cuma ada dalam mimpi, nggak bakal ngerti juga.” Kata Ra dalam hati.

“Jangan-jangan di otak dia cuma ada bunga dan bunga?” Lanjut Ra dalam hati.

“Hey….Ra ! Kamu sedang memikirkan apa? Kenapa menatapku seperti itu?”

Ra menggelengkan kepala. Kembali asyik dengan pikirannya sendiri tanpa memperhatikan Betra yang kembali asyik dengan bunga barunya.

“…. Tapi, Seandainya aku dapat seseorang yang bisa aku melabuhkan hatiku sekarang di dunia nyata.” Aku tetap harus tidurkan? Tidur akan menghabiskan waktu 8 jam setiap malam. Entah bagaimana Betra akan selalu muncul dalam tidurku. Tidak ada jaminan dia tidak akan muncul sekalipun aku sudah menemukan seseorang di alam nyata.”

“Itu artinya, setiap malam ada kemungkinan aku akan selalu bertemu Betra.” Bagaimana ini? Pikiran Ra berkecamuk, dia menatap ke Betra yang saat itu juga menatap ke arahnya. Tapi dia tak berkata apapun.

Kata orang, kalau terlalu sering bertemu. Lama-lama akan tumbuh benih cinta? Ra menelungkupkan wajahnya ke lutut.

Betra di depan sekali lagi cuma bisa menatapnya tanpa berkata apa-apa. Entah apa yang sedang ada dalam pikirannya saat ini.

“Hey, Ra!” Dia mengejutkan Raya.

“Apa? Kamu mengagetkan aku saja!”

“Bagaimana kalau kita kencan saja?”

“Haah.”

Ra terkejut.

“Mengapa kamu tiba-tiba mengajak aku kencan?” Ra bertanya dengan mimik serius.

“Ya… Karena aku bosan saja. Lagi pula aku juga ingin tau, apakah kamu akan cepat bosan juga denganku?” Betra tersenyum menggoda ke arah Ra.

Ra terdiam.

“Jadi bagaimana, Ra? Kalau kita tidak coba kita tidak akan pernah tau kan?”

“Oke..! Jawab Ra akhirnya.
***

Terbangun. Raya terduduk, tubuhnya gemetar.

“Gawat..

“Mimpi ini. Jadi semakin tidak terkontrol.! Aku tidak tau harus bagaimana lagi sekarang.” Teriak Ra dalam hati dengan tubuh yang masih gemetar.

Rasa takut itu sudah mulai di rasakan Raya.
***

“Hallo, Ma. Kapan pulang ke rumah? Aku kesepian. Please pulang kerumah secepatnya.”

“Raya sayang, Mama sama Papa di sini sibuk sekali, pekerjaan papa juga nggak bisa ditinggal sama sekali sekarang. Kamu ngertikan, seperti apa kesibukan papa?”

Ra, mematikan telpon tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Dia menangis sesugukan di sudut kamar.

“Ma, Pa. Kenapa kalian nggak pernah ada saat aku butuh seperti ini, saat membutuhkan kalian? Selalu pekerjaan yang menjadi prioritas utama kalian? Lalu aku, apa artinya aku buat kalian? Teriak Ra dalam hati sambil tetap menangis.

“Apa arti kebahagiaan sebenarnya buat kalian? Apa kalian pikir harta melimpah yang kalian berikan sekarang cukup bisa membuat aku bahagia? Kalian berdua yang aku butuhkan sekarang, terlalu berat rasanya beban di sini.” Raya menepuk-nepuk dadanya dengan sambil tetap menangis sesugukan.

Terlalu lama menangis, akhirnya Ra tertidur lagi.

***

“Hei, Ra. Kamu kembali lagi?” Tanya betra ketika melihat Ra berdiri di depan pintu toko.

Raya berlari ke dalam pelukan Betra, dia menangis sesugukan di sana. Baju Betra basah oleh air matanya. Betra diam dan hanya mengusap kepala Ra dengan lembut. Cukup lama Betra membiarkan Ra menangis dalam pelukannya.

Ra akhirnya yang melepaskan pelukannya. Tapi masih sesekali terisak. Betra memetik satu tangkai bunga yang tak jauh darinya. Dia memberikan bunga tersebut ke Ra.

“Terima kasih, Bet.” Ucap Ra tersenyum kecil, meskipun sesekali masih terisak.

“Aku nggak tau apa yang membuat kamu menangis, Ra. Tapi kalau aku bisa membantumu, aku pasti akan melakukannya.” Tapi aku cuma seseorang yang ada dalam mimpimu. Jadi aku nggak yakin aku bisa membantumu.” Ujar Betra ke Ra yang sudah mulai tersenyum lagi.

“Betra,Tau nggak?

“Apa?”

“Ketika berada di sini, dimimpi ini. Adalah hal yang sangat membahagiakan buat aku. Aku bisa melupakan semua masalah yang aku hadapi di dunia nyata.” Jawab Raya lagi.

Raya kembali bercerita seperti biasa, tertawa bahagia kembali.

“Betra, aku boleh tinggal disini? Aku nggak ingin bangun dari mimpi ini lagi?” Pinta Raya memelas ke Betra. “Please…Bet.” Sambil mengatupkan kedua tangannya ke depan dada.

Betra terdiam untuk sesaat.

Tak lama kemudian tersenyum lagi dan menganggukkan kepala tanda setuju. 
 

.... Continue to part 4
Tag : CERBUNG
0 Komentar untuk "Sosok Itu Ada, It's In Ra Dream (Part 3) "

Back To Top